Selamat Datang

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

مرحبا أهلا وسهلا بحضوركم في موقعي هذا. موقع فردي بهيج . موقع الألبّاء

Selasa, 28 Juni 2016

Menyongsong Hari Raya dengan Memahami Hakikatnya

Gambar oleh Danumurthi Mahendra
Sebentar lagi kita lebaran. Hawa yang terasa adalah kebahagiaan mendalam, dengan rasa suka cita yang penuh dengan gemerlap. Pakaian baru, kendaraan mewah, pamer kesuksesan kepada sanak keluarga. Please dong ah,
pahami sedikit akan hakikat puasa dan lebaran. Lebaran adalah hari raya, dimana umat Islam dijamu oleh Allah dengan kenikmatan yang besar. Jamuan ini harus disukuri. Bagaimana cara mensukuri? Yaitu dengan menggunakan segala kenikmatan ini sesuai dengan tujuannya diciptakan. Makanan untuk dimakan sesuai dengan kebutuhan, baju untuk menutup aurat, kendaraan untuk menghantar bersilaturrahim. Dan terutama bersyukur atas nikmat yang sangat besar yakni mendapatkan limpahan ganjaran selama di bulan puasa, dengan cara mejaga ganjaran itu jangan sampai terbakar, bagai kayu terlahap api. Jangan sampai takabbur (sombong), hasud (iri dengki), riya (pamer), dan ujub (berbangga diri). 
Oleh karenanya, cara bersyukur atas bulan puasa disimbolkan dengan shalat sunnah idul fitri. Shalat sunnah idul fitri merupakan standar minimal agar umat Islam bersyukur karena mendapati limpahan ganjaran di bulan ramadhan ini.
Tak heran, jika saat lebaran ada ucapan "minal aidin wal faizin" (yang berarti semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang yang kembali [suci] dan beruntung [karena memanfaatkan ramadlan dengan maksimal]). Sebuah doa yang mewakili harapan orang mengharap akan surga.
Apakah wajib ucapan itu? Tidak ada ucapan yang wajib dikatakan pada hari raya (selain doa2 solat tentunya). Hanya ungkapan kegembiraan hati dan doa. Semoga Allah menerima amal2 kami dan kalian; semoga termasuk golongan yang kembali dan beruntung. Semoga tidak ada yang mempermasalahkan ucapan hari raya, tapi permasalahkan sifat hati penghancur pahala. 
Semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar: