Malam malam, dengan saku kosong, kami manertawakan nasib. Sedih tanpa beban bercampur dengan gembira, karena juga kami sedang merayakan kemenangan. Kemenangan tercapainya tujuan, setelah bersusah payah merelakan tindakan, pikiran, bahkan materi demi tujuan. Ya… apa lagi selain hajatan besar kami mengundang KPI se-Indonesia tercapai.
Malam itu, kami selesai “Road to Semarang” dalam rangka refreshing sekaligus memperkenalkan Kota Semarang kepada mahasiswa KPI luar semarang yang pada waktu itu masih menginap di Semarang karena terkendala transportasi. Mereka berjumlah 9 orang mahasiswa dari Palangka Raya, Palu, dan Aceh.
Mereka kami ajak keliling Semarang dengan menggunakan Bus IAIN Walisongo, mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah, menaiki menara al-Husna, berpetualang di Lawang Sewu. Bertepatan hari itu adalah Kamis sore menjelang maghrib Malam Jum’at Kliwon tiba di Lawang Sewu. Kami tidak bisa mengunjungi ruang bawah tanah dikarenakan banjir. Penjelajahan seisi Lawang Sewu selesai pada maghrib. Ruangan gelap menjadikannya memunculkan aura mistis. Tapi semua baik-baik saja.
Tidak selesai di situ road kami. Kami melanjutkan solat maghrib dan berkunjung melihat Sampokong. Berphoto-photo ria bersama Laksamana Cheng Ho.
Teman-teman mulai kelaparan. Itu tampak pada raut wajah mereka yang lemah lesu menunjukkan wajah-wajah orang kelaparan gitu deh. Oleh karena itu, ketupat (ketua panitia) memutuskan kunjungan terakhir road kita adalah Pujasera Ngalian.
Di sinilah, kejadian mengelikan, tragis, ataupun apalah namanya, terjadi. Bermula ketika panitia saling tanya kepada panitia yang lain. “Uang kamu masih berapa?” Pengen tahu apa jawabannya? Senyum manis agak aneh dan ia menunjukkan sambil tertawa sisa uang yang ia miliki. 1000,-. Kami saling memandang antar panitia dan tawa pun meletus untuk menutupi keadaan ini dari tamu luar jawa kami. Untungnya sejenak ada Banci lewat mengamen di depan kami mnutupi kesedihan kami.
Yah… beginilah nasib panitia yang bantuan dana tidak cair pada acara berlansung, tapi dana bisa cair setelah acara selesai.
Kenangan yang tak terlupakan.
Malam itu, kami selesai “Road to Semarang” dalam rangka refreshing sekaligus memperkenalkan Kota Semarang kepada mahasiswa KPI luar semarang yang pada waktu itu masih menginap di Semarang karena terkendala transportasi. Mereka berjumlah 9 orang mahasiswa dari Palangka Raya, Palu, dan Aceh.
Mereka kami ajak keliling Semarang dengan menggunakan Bus IAIN Walisongo, mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah, menaiki menara al-Husna, berpetualang di Lawang Sewu. Bertepatan hari itu adalah Kamis sore menjelang maghrib Malam Jum’at Kliwon tiba di Lawang Sewu. Kami tidak bisa mengunjungi ruang bawah tanah dikarenakan banjir. Penjelajahan seisi Lawang Sewu selesai pada maghrib. Ruangan gelap menjadikannya memunculkan aura mistis. Tapi semua baik-baik saja.
Tidak selesai di situ road kami. Kami melanjutkan solat maghrib dan berkunjung melihat Sampokong. Berphoto-photo ria bersama Laksamana Cheng Ho.
Teman-teman mulai kelaparan. Itu tampak pada raut wajah mereka yang lemah lesu menunjukkan wajah-wajah orang kelaparan gitu deh. Oleh karena itu, ketupat (ketua panitia) memutuskan kunjungan terakhir road kita adalah Pujasera Ngalian.
Di sinilah, kejadian mengelikan, tragis, ataupun apalah namanya, terjadi. Bermula ketika panitia saling tanya kepada panitia yang lain. “Uang kamu masih berapa?” Pengen tahu apa jawabannya? Senyum manis agak aneh dan ia menunjukkan sambil tertawa sisa uang yang ia miliki. 1000,-. Kami saling memandang antar panitia dan tawa pun meletus untuk menutupi keadaan ini dari tamu luar jawa kami. Untungnya sejenak ada Banci lewat mengamen di depan kami mnutupi kesedihan kami.
Yah… beginilah nasib panitia yang bantuan dana tidak cair pada acara berlansung, tapi dana bisa cair setelah acara selesai.
Kenangan yang tak terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar