Entah bagaimana cara mengungkapkannya, tetapi yang jelas zaman kita sekarang ini sudah jauh berbeda dengan zaman bahula/kuno. Pada zaman semono, untuk mendapatkan informasi diperlukan pergi ke sana dan pergi ke sini untuk mendapatkan sekelumit pengetahuan. Tak terbayangkan orang yang duduk manis di dalam kamar bisa mengetahui banyak hal. Tak heran jika ilmu Nabi Muhammad merupakan mu'jizat di mana Beliau tidak pernah bepergian selain untuk berdagang. Jika toh ada yang mengajari Beliau saat bepergian, berapa besar ilmu yang dapat diserap hanya dalam waktu singkat. Ataukah Beliau diberi berlembar-lembar catatan untuk dipelajari? Rasa-rasa jika beliau mendapat lembar-lembar itu, maka tak akan menambah ilmu Beliau, toh beliau seorang ummi yang tidak bisa baca tulis. Ah, tak terbayangkan betapa sulitnya mendapatkan ilmu pada saat itu.
Sekarang ketika Allah telah membuka khozain al-ardl wa al-sama, atau ilmu-ilmu yang sebelumnya belum diketahui, kita, manusia menemukan kemudahan-kemudahan terutama dalam bidang informasi. Terbentuklah teknologi infomasi (IT). Bahkan, saking pesatnya IT tersebut, era kita ini sering disebut dengan era informasi. Informasi apa saja bisa kita raih. Bahkan saat kita duduk manis di sudut kamar dan menyendiri. Seakan ada wahyu datang melalui sinyal modem yang mewujudkan diri pada layar komputer kita. Maa syaa' Allah laa haula walaa quwwata illaa billah.
Orang-orang sudah tidak perlu lagi pergi ke desa sebelah, kalau hanya ingin mengetahui kabar berita; tidak perlu menunggu bertahun-tahun untuk bergurau dengan saudara nan jauh di Makkah atau negara-negara lainnya. Bahkan ilmu apa saja siap untuk dipelajari dan dipilah-pilah kebenarannya bagi siapa saja yang menginginkannya.
Inilah anugerah Allah yang Maha Besar bagi kita semua di era ini, atas sayang-Nya kepada Baginda Nabi Muhammad s.a.w. Tapi, sayang. Anugerah ini terkadang justru seakan menjadi senjata makan tuan. Sesuatu yang Allah berikan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, tetapi justru banyak orang yang menggunakannya untuk berdurhaka terhadap-Nya. Na'udzu billahi min dzalik. Mari kita introspeksi diri, termasukkah kita ke dalam yang berdurhaka atau yang memanfaatkan sebaik-baiknya.