Selamat Datang

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

مرحبا أهلا وسهلا بحضوركم في موقعي هذا. موقع فردي بهيج . موقع الألبّاء

Jumat, 03 Juli 2009

Libur telah tiba, hore yes. Tapi srondok jengkel.

Hari ini adalah hari terakhir ujian semester enamku di fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

Masalah demi masalah aku selesaikan ya dengan senyum, marah, gemes, seneng dan sedih. Semua ada. Nano-nano bangetttss. Manis, asem, asin, rame rasanya. Hari ni aja aku dibuat nesu ma penjaga kantor.

Begini ceritane.

Dari jam 8 aku nunggu temen-temen LPB (lima pemikir besar, Keren ya?!!!^^) di depan kantor. "Ta, kamu dimana? Aku dah sampe kantor nih", pesan singkatku ke Ezta. Ya tunggu di situ aku kesana. Hani, Risa, Asna pun tak luput dari sms ku.

Tapi setengah jam aku menuggu tiada satu pun yang nongol.

"Ah dari pada nunggu di sini, mendingan aku ngedit bentar di Sodiq Comp di bawah", batinku.

Aku turun ke bawah (maklum Kampus dakwah kan ada di "bukit" jadi untuk bilang pergi dari dakwah ke daerah sekitar gerbang masuk kampus 3 di mana dakwah berada kami sering menyebutnya turun) ke Sodiq Comp. Belum sampai di tempat tujuan, aku berpapasan dengan Ezta.

"Ta, aku ngedit tugas pak Ali dulu, di Sodiq"

"Lho, di atas ada siapa?"

"G ada siapa-siapa. Kamu ntar tandatangan dulu (masa-masa ujian kayak gini, karena terjadwal maka setiap mahasiswa wajib tanda tangan ujian. Bagi yang tidak tanda tangan tidak dapat nilai. Begitu aturannya)"

***

Singkat Cerita setelah aku ngedit di Sodiq Comp. Lalu aku ke kantor.
Aku ketemu Ezta. Mbak risa gak bisa ikut karena sakit. Hani Abahe haul. Asna sedang dalam perjalanan/

"Duk, (panggilanku di Fakultas Dakwah: Paduka) kamu aja yang masuk ya. Aku g bawa sepatu" pinta Ezta.

"Ok"

***

"(tanpa salam, karena aku sering salam di kantor tapi semua tidak ada yang jawab. Hanya satu dua, dan kayaknya aneh kalau ada yang salam di kantor. Aku lihat temen-temen juga tidak salam. Tapi langsung tanya) Buk, bisa tandatangan ujian Teknik Penyiaran Naskah Dakwah tidak buk", aku meminta kepada ibuk di kantor. Aku belum kenal namane tapi kenal wajahe.

"Itu kuliah hari apa ya mas, jam berapa?"

"Hari ini buk (jum'at 3 Juli) Jam pertama."

"Oooo kalu gitu itu kan jam sekarang. Jadi ke Ruangannya aja ya."
Aku ke Ezta yang nunggu diluar.

"Gimana, duk?"

"Kata ibune disuruh ke ruanganne aja"

"Lho, itu kan lom dikasih tau ruangane"

"Oh iya ya", aku kok lupa gitu. Kan rubah jadwal tapi lom dikasih tahu tempate"
Aku masuk lagi. Tanya ibu itu lagi.

"Buk, tapi itu adalah ujian pindah waktu dari hari rabu jadi hari Jum'at. Dan belum ditentukan tempatnya", terangku.

Tapi ibune gak naruh perhatian. Mendengarkan tapi tidak melihat aku.
Dia menjawab "Aku gak tau, mas tunggu bapake aja,ya", jawabnya sambil melihat ke depan. Padahal aku disamping.

Lha, tanya dengan baik, mau tandatangan ujian. Tapi, ibune gak acuh. Gak madep ngomonge. Aku gak marah pas diomongi kayak gitu. Kayae ibune juga gak tahu, jadi gak apa-apa lah. Tapi yang mbuat aku marah itu, setelah aku keluar bentar nuggu dosen-dosen yang lain datang di kantor bawa berita acara ujian, yang mungkin salah satunya adalah berita acara ujian Teknik Penulisan Naskah Dakwah.

Aku masuk lagi ke kantor. Tanya ke ibu itu lagi. Tapi ibune juga noleh ke aku. Malah ke arah Mas Madun (yang biasa ndata-data KPI di komputer), bilang, "Mas, ini lho, mase minta tandatangan terus." dengan nada merasa terganggu dan nada menyalahkan aku.
Dengar itu, aku merasa ternyata dari tadi itu ibune nyalahke aku to, sampe tidak noleh ke aku juga. Aku merasa jengkel. Udah tanya baik-baik. Mau menjalankan kewajiban, eh tapi seakan-akan aku disalahke.

Tapi untunge mas Madun dengan wajah senyum ngasih solusi, ke bu Azida (Kasubag. Akademik) aja mas. Dengan wajah jengkelku kepada ibu tadi, aku menyimpannya di depan bu Azida.

"Assalamu'alaikum, buk. Ini saya mau tandatangan Ujian Teknik Penulisan Naskah Dakwah. Ini cuma tandatangan karena tugas hanya dikumpulkan ke Pak Anasom (pengampu MK TPND)"

Ibu Azida langsung memberi lembaran form tandatangan yang lalu aku bawa keluar untuk tanda tangan.

Tapi api masih ada di dadaku. Kenapa ibune yang tadi diajak bicara, kok kayak gitu. Kok gak dikomunikasike.

Apa aku salah? Apa karena aku tidak salam di depan tadi. Ah... biasanya juga yang lain kayaknya ga salam juga. Apa aku gak sopan? gak sopan yang kayak apa? Biar sopan gimana? Ah... aku gak tau ah yang salah siapa. Yang jelas aku masih merasa jengkel dengan ibuk tadi. Tadi aku sempat perlihatkan wajah jengkelku kepada ibu itu.

Maafkan aku.

Tidak ada komentar: